Semangat Tugas Akhir


"Gimana Skripsinya, udah sampai mana?"
Yup, Tugas Akhir ataupun Skripsi sering kali menjadi salah satu hal yang dianggap horror untuk sebagian besar mahasiswa khususnya bagi para mahasiswa semester akhir, karena inilah yang akan menentukan seorang mahasiswa layak atau tidaknya mendapatkan sebuah kelulusan.
Sebenarnya Tugas Akhir ataupun Skripsi bukan sesuatu yang harusnya membuatmu frustasi, tapi disana lah waktu yang kamu miliki untuk menunjukkan kemampuan yang kamu miliki sebenarnya.
Tugas Akhir ataupun Skripsi bukan hanya soal kepintaran, tapi juga tentang sebuah niat dan usaha yang kuat dan konsisten. Hanya sekedar pintar saja tidak akan menyelamatkanmu dari kemungkinan gagal. Tapi kamu butuh sebuah niat dari awal dan usaha yang tak pernah terputus.

Oke, sekedar berbagi pengalaman, saya akan membagikan beberapa hal yang mungkin dapat bermanfaat. Inilah hal yang dulu saya lakukan pada diri saya sendiri.


1. Jangan menyiksa diri!
Kamu tidak harus mengambil outline yang kamu sendiri asing terhadapnya, jangan hanya karena temanmu mengambil tema tersebut lantas kamu juga mengambil pilihan yang sama apalagi jika alasannya agar dia dapat membantumu nanti.

"Hehe, kan outline kita sama, nanti bantuin ya!"

Saat nanti kamu sedang menyusun tugas akhir ataupun skripsi, temanmu juga sedang disibukkan dengan karyanya, bukan ia tidak mau membantumu, tapi memang waktu yang ia miliki juga hanya cukup untuk dirinya sendiri, akan sulit baginya untuk bisa membantumu nanti. Lalu kemudian kamu mulai panik dan kurang tidur hanya karena berusaha untuk mengerjakan karyamu ditengah waktu deadline yang semakin mendekat. Berhenti lakukan itu. Ambillah outline yang memang kamu sendiri akan mampu untuk menyelesaikannya.


-------------------------------------------------------------------------------------------------------- 
Beberapa hari sebelum pemilihan outline saya sempat bimbang dengan outline yang akan saya pilih, karena dulu di semester 4 saya pernah berkeinginan untuk mengambil outline pembuatan alat/robot jika TA nanti, tapi ternyata karena peminat robotik hanya beberapa orang, maka kelas peminatan robotik tidak dibuka, dengan pertimbangan ilmu yang saya miliki mengenai robotik hanya sebatas dasar di semester 3 maka akhirnya saya mengurungkan niat saya untuk mengambil outline pembuatan alat/robotik, dan akhirnya saya ambil outline program science dengan pertimbangan bahwa selama dua semester terakhir saya mempelajari mengenai salah satu bahasa pemrograman di kelas dan juga kebetulan saya juga menjadi asisten pada mata kuliah itu, hanya 3 dari 60 orang  yang mengambil outline tersebut. Beberapa rekan yang saat semester 4 lalu saya 'hasut' untuk mengambil peminatan robotik kemudian menolaknya, ternyata saat penyusunan tugas akhir tidak sedikit dari mereka yang mengambil outline pembuatan alat/robotik, dan pada akhirnya kewalahan.



2. Tenang, itu tidak se-sederhana yang kamu kira (^_^)

"Punya gue nggak sebagus punya loe"

Jika kamu merasa tidak percaya diri karena berfikiran bahwa mungkin saja judul dan karyamu terlalu sederhana, maka itu tidak sepenuhnya benar. Jika perasaan itu terus mengganggumu, kamu harus mempelajari lagi latar belakang kenapa kamu harus membuat karya tersebut, dari sana kamu akan mampu memprediksi tentang seberapa pentingnya karyamu harus diajukan. Dan ingat, kamu punya dosen pembimbing yang akan memberikan masukan demi masukan sehingga bisa membuat karyamu menjadi jauh lebih kompleks nanti pada akhirnya. Tenanglah, itu tidak sesederhana yang kamu kira.


-------------------------------------------------------------------------------------------------------- 

Sebenarnya, program yang saya buat adalah kombinasi dari apa yang saya pelajari selama perkuliahan di kampus dan ilmu yang saya dapatkan dari bangku SMP dan SMA dulu. Saya coba membuat sebuah aplikasi yang berkaitan dengan teori hereditas dan hukum mendel, sebuah teori yang dipelajari di mata pelajaran biologi saat SMP dan SMA dulu. Mungkin jika saya jelaskan seperti itu maka akan terlihat sederhana, tapi itu tidak lagi menjadi sesederhana yang dibayangkan saat saya coba mempelajarinya lebih jauh dan kemudian saya kembangkan aplikasi tersebut menjadi sebuah aplikasi yang memiliki nilai manfaat.


3. Tulis sekarang!
Ide-ide seringkali bermunculan disaat yang tak terduga dan mereka muncul tanpa pemberitahuan. Tulislah saat itu juga mengenai apapun ide yang kamu dapatkan. Raih apapun benda yang ada disekitarmu yang memungkinkan kamu untuk menulisnya. Kamu tidak perlu langsung melakuan editing untuk membuatnya menjadi kalimat yang sempurna, itu bisa kamu lakukan nanti. Biarkan apa yang ada di dalam fikiranmu terselamatkan dalam sebuah tulisan.



4. Jangan berhenti!
Tidak sedikit mahasiswa yang menghadapi rintangan dengan berbagai macam rupa bentuknya, mulai dari revisi berkali-kali, uang jajan yang menipis karena terpakai untuk print ulang, laptop yang tiba-tiba rusak, dan banyak hal lainnya. Tapi jangan biarkan semangat dan kepercayaan dirimu berkurang karena hal-hal tersebut. Percayalah bahwa Tuhan selalu punya cara spesial untuk membuatmu terkejut. Kamu hanya perlu terus berusaha dan biarkan nanti tuhan yang akan menentukan kapan waktu pertunjukkannya.



-------------------------------------------------------------------------------------------------------- 
Beberapa jam sebelum sidang saya menemukan ternyata file finish atas program yang saya buang justru malah saya hapus dan yang tersisa adalah file program yang belum finish, sebuah file revisi yang entah ke-berapa. Dan sayangnya di program tersebut masih terdapat debug. Saya hanya berkata dalam hati, "haha, it's ok, Allah mah sayang sama suci" walaupun sebenarnya sempat timbul rasa panik untuk beberapa detik, tapi tidak seharusnya saya panik disaat yang sudah mendesak seperti itu. Itu hanya akan membuat saya merasa tidak siap untuk mmenghadapi dosen penguji nanti. 



5. Kamu-lah penulisnya, hanya kamu yang paling tahu tentangnya.
Tidak sedikit mahasiswa yang terlihat masih membuka-buka papernya, membaca bolak-balik apa yang ada di dalamnya, dan terkadang mereka meminta rekan yang ada di sampingnya untuk memmberikan sejumlah pertanyaan sebagai simulasi untuknya nanti di dalam ruangan. Menurut saya pribadi hal itu hanya menunjukkan sebuah ketidaksiapan. Kamu adalah orang yang melakukan penelitian dan kamulah penulis atas karya yang akan kamu pertanggungjawabkan di depan penguji nanti, dan sebagai sang penulis tentu kamulah yang paling tau tentang apa yang kamu tulis. Kamu bahkan telah membacanya berkali-kali melebihi siapapun, kamu membacanya saat setiap kalimat itu diketikkan, kamu membacanya setiap kali harus merevisi sesuai dengan permintaan dosen pembimbing, dan itu berkalii-kaklii kamu lakukan, ditambah lagi dosen pengujimu juga sudah membantumu untuk membuat karyamu menjadi lebih baik dari yang sebelumnya, maka kamu tidak harus cemas untuk menghadapi dosen pengujimu. Tapi bukan berarti karena hal ini lantas kamu tidak menghargai dosen pengujimu dan malah bersikap tidak sopan. Karena tetap saja, sopan santun harus dijaga kapanpun, dimanapun pada siapapun.



-------------------------------------------------------------------------------------------------------- 

Yup, disinilah saatnya saya membuktikan bahwa memang saya-lah penulisnya. Tiba di gedung tempat nanti saya akan mempertanggungjawabkan karya saya, saya hanya tersenyum melihat berbagai tingkah calon peserta ujian sidang, beberapa mahasiswa masih saja bolak-balik membuka lembaran papernya, beberapa lainnya mengajukan pertanyaan demi pertanyaan kepada rekannya, ada juga yang telah selesai dan keluar dari ruang sidang sambil menangis, saya coba mengambil air mineral untuk diminum, menjaga agar tenggorokkan tidak kering, kemudian membuka laptop agar nanti saat tiba di ruang sidang saya dapat segera mulai presentasi dan duduk sambil sesekali berkata dalam hati "Allah mah sayang sama suci", haha yup itu memang kalimat andalan saya untuk menenangkan diri. Memasuki ruang sidang ternyata sang dosen penguji mengetahui jelas bahwa saya adalah salah seorang asisten dosen di kampus (Salah satu 'mitos' di kalangan asdos, bahwa dosen penguji akan memberikan pertanyaan-pertanyaan sulit yang tiada henti jika mereka tahu kamu adalah seorang asdos), tapi hal itu tidak menjadii masalah untuk saya karena saya sudah menenangkan diri saya dengan berfikir "Saya adalah penulisnya, saya-lah yang paling tahu tentang apa yang saya tulis, dan saya maju sidang bukan tanpa revisi, tulisan saya adalah tulisan yang memang sudah layak untuk diujikan dalam sidang ini." Haha, sombong? Bukan, itu hanya upaya untuk membuat diri tetap tenang. Presentasi berjalan dengan lancar, dosen penguji pun dengan antusias mengajukan pertanyaan. Bagaimana dengan debug pada program saya? Tentu saja itu dipertanyakan oleh dosen penguji. Lalu apa yang say lakukan? Saya tidak banyak beralasan dan hanya mengucap "Maaf pak, ada terdapat debug dengan program saya." dosen penguji menanyakan dimana letak kesalahannya dan saya coba menjelaskannya dengan tenang sambil memperbaikinya. Dan apa hasil yang saya dapat? Lulus dengan grade A.

Comments

Popular posts from this blog

Membuat Progress Bar dengan C++

Apa yang salah dengan nilai 0?

Resensi Film Negeri 5 Menara