Aku Bahagia karena Aku Menikmatinya Bukan Menghitungnya

Awal kehidupanku dimulai sejak aku lahir, tapi awal dari perjuanganku melewati kehidupan nyata di mulai saat keluargaku melambaikan tangan mereka ke arahku. Saat aku menapaki jejak ditanah orang sendirian tanpa mereka. Hanya aku disini sendiri dengan keteguhanku untuk meraih cita yang selama ini aku yakini bahwa suatu hari nanti akan menjadi identitasku.

Bukan hal yang mudah untuk berdiri dengan kaki sendiri, apalagi saat kamu harus berdiri setelah terjatuh, tentu lutut itu masih lemah bahkan masih terlihat bekas lukanya, tapi bukan berarti kamu tak bisa berdiri.
Memulai kehidupanku dari atas dan secara stabil sampai akhirnya untuk pertama kalinya terjatuh hingga akhirnya tak stabil selalu naik turun.
Berkali-kali mengikuti kompetisi dan keluar sebagai orang yang harus memberikan selamat kepada pesaingku tak lantas membuatku untuk menghindari kompetisi selanjutnya. Bukan untuk meraih sebuah tropi, tapi demi mendapatkan nilai objectif tentang diriku yang sebenarnya, untukku yang belum mengenal siapa aku yang sebenarnya, kompetisi sangat membantu, setidaknya aku tahu satu persatu hal yang menjadi kelebihan dan kekuranganku.
Juara kelas selama enam tahun berturut-turut dan tiba-tiba mendapat ranking 3 di kelas adalah pukulan pertamaku. Kejadian ini memecutku keras sampai aku mengeluarkan semua yang aku mampu hingga akhirnya aku dapat kembali duduk disinggasanaku walaupun semua itu tak bertahan lama, kompetitorku memang orang yang hebat, kami bergantian berada di posisi teratas. Walaupun begitu, tapi sungguh saat itu adalah kompetisi terbaik yang pernah aku lalui sampai sekarang ini. Tak hanya di kelas tapi juga di berbagai bidang lainnya, seperti di OSIS (aku ketua dan ia wakilku), di Pramuka (aku pratami dan ia pratama), Paskibra (aku dantin dan ia danton), sayang di kelas sembilan aku kalah di kedua semester, walau memang aku keluar sebagai peraih nilai UN terbaik di sekolahku dan berada jauh diatasnya.
Semuanya terasa berat saat aku di SMA, prestasiku jatuh sejatuh-jatuhnya, walau memang aku masih aktif di beberapa kegiatan, seperti Astronomi Club (sebagai Ketua),  Paskibra (sebagai dantin di lapangan dan bendahara di organisasinya), Biologi Club (sebagai Bendahara), dan dua tahun berturut-turut menjadi anggota tim olimpiade astronomi walau hanya sebagai wakil sekolah. Periode inilah periode terberatku karena di akhir masa SMA-ku, aku harus gagal masuk ke PTN yang aku arapkan, walau memang jurusan dari PTN yang ku pilih ini hanya dimiliki Indonesia (se-Asia Tenggara) tentu buakn hal yang mudah untuk mendapatkan satu dari tiga puluh kursi yang tersedia di sana, SNMPTN dan SBMPTN sudah aku coba tapi ternyata memang bukan rezekiku ada di sana.
Sekarang aku sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi swasta sambil bekerja di salah satu perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan asing. Satu hal yang tak kusangka adalah aku langsung diterima di bagian back office dan memegang pekerjaan yang tak pernah kupelajari semasa di kelas dulu, untung saja kegiatanku di ekstrakulikuler sedikit memberikanku pencerahan ditambah lagi dengan kondisi tempat dan sikap individu yang menyenangkan, aku berharap karirku akan berkembang disini.
Dengan upah yang tak sebesar karyawan para pegawai di daerah perkantoran Sudirman tapi aku rasa aku bahagia.
Setidaknya beberapa bagian dari gaji-ku mampu kupakai untuk membiayai kuliahku sendiri, untuk keluargaku (yup kalau pulang kampung gitu wkwkwkw), makan, transport (karena kebetulan lokasi kampusku hanya berjarak 200 meter dari tempat naungku dan cukup satu kali naik angkutan umum untuk sampai ke tempat kerja, beruntung ya wkwkwk), beberapa bagian lainnya digunakan untuk membeli buku yang ingin kubaca dan beberapa pernak-pernik Naruto (Anime favoritku) dan sisanya untuk membayar sewa kamar. Kuakui tak ada rumah yang seindah rumah sendiri. Ada beberapa kebiasaan yang tak bisa kamu lakukan saat kamu berada di rumah orang, dan bahkan akan ada beberapa pekerjaan tambahan, wah jangan salah setidaknya aku juga harus punya pegangan lebih untuk membeli beberapa keperluan tak terduga karena sementara ini aku masih tinggal di rumah saudara, karena orang tuaku tidak tega membiarkan anak perempuannya yang kadang bertindak semau isi kepalanya sendiri ini tinggal sendirian di kossan. 
Tapi aku bahagia, aku bahagia dengan yang aku miliki, karena aku menikmatinya bukan menghitungnya.

Pulang dari kampus kusempatkan untuk menulis dan memposting beberapa tulisan untuk blogku ini, bukan untuk menggurui reader ataupun sengaja curhat di media elektronik (yah walaupun bisalah sekalian wkwkwk), tapi tujuan utamanya adalah agar dimasa depan aku ingat perjalananku. 



Sebagai seseorang yang belum sukses dan sedang berusaha untuk meraih cita, aku akan berbagi kalimat untuk kamu yang juga sedang berusaha meraih cita-citamu.

“Nikmati saja harimu! Jangan Perhitungan! Jangan hitung hari yang sudah kamu lewati! Tapi, cukup nikmati saja.” 

Comments

Popular posts from this blog

Apa yang salah dengan nilai 0?

Membuat Progress Bar dengan C++

Resensi Film Negeri 5 Menara